Senin, 29 September 2008

Ikhtisab

8 Maret 2008
Ihtisab Plagiat
Aku bukan apa atau siapa karena aku hanya seorang sampah yang harus di buang. Karena itu, wajar bila orang-orang hingga diriku sendiri membuangku. Why?
Tiap manusia punya sisi baik dan buruk. Hitam dan putih. Gelap dan Terang. Telah ku bunuh sisi baikku dan ku kuatkan sisi gelapku. Mungkin aku adalah jiwa terkejam yang pernah ada karena aku orang yang telah menyiksa dan membunuh diriku sendiri. Aku yang jahat (aku tak mau menuduh ini sebagai ulah setan) takut pada diriku sendiri hingga aku takut ngaji, takut amalan, takut ibadah. Aku merasa semakin aku tahu ilmu, aku semakin tak terkendali dan semakin berbahaya. Karena itu aku lebih baik dibuang. Ketakutanku pada diriku sendiri seperti ketakutan vampir pada cahaya matahari. Aku takut melebur dalam cahaya. Aku takut pada cahayaku sendiri. Aku takut pada ”Aku” dalam nuraniku. Aku takut pada ”Aku” yang tak pernah lepas dariku. Aku takut pada ”Aku” yang selalu menasehatiku, mana yang baik dan mana yang buruk, namun tak pernah ku hiraukan. Aku takut ”Aku” muncul dan merebut posisiku.
Namun, aku bersyukur juga karena diriku yang satu ini tak mau melukai dan menyakiti orang lain. Bahkan aku merasa nyaman menjadi diriku yang satu ini. Kedamaian yang ku rasa karena tak ada yang peduli siapa aku sebenarnya dan aku tak perlu melihat wajah orang-orang yang pura-pura bersikap manis di depanku. Yah, walau terkadang ku merasa kesal karena kebodohanku ini.
Hitam dan putih, itulah aku orang yang tak punya kepribadian. Walau artinya sama ’munafik’ tapi aku lebih suka dianggap ’ambivalent’. Orang yang punya kepribadian yang sangat bertolak belakang. Di sini mungkin orang mengangapku ’anak baik’ yang gak neko-neko. Tapi sebenarnya aku adalah seorang penjahat, bajingan, lonthe, genthone, sampah masyarakat.
Aku tahu bila tak sepantasnya aku berada disini. Karena ku hanya orang hina yang bodoh dan tak tahu diri. Apalah artinya aku, aku ibarat kotoran anjing! Tai kucing! Ku hanya pelacur yang tak punya harga diri. (Padahal budak-budak di Arab pun punya harga sendiri-sendiri.) Pelacur yang sebenarnya pun punya harga diri. Pelacur semalam rata-rata melacur lima kali. Tapi tukang ngrasani lebih buruk dari 40 kali melacur. Tukang fitnah yang lebih kejam dan sadis dari pada pembunuh berdarah dingin. Bahkan lebih kanibal dan tidak manusiawi. Masih lebih baik Sumanto yang hanya makan beberapa daging manusia.
Namun siapapun aku, walaupun aku belum bisa jadi santri, aku bersyukur. Bisa berada disini bagiku adalah suatu keajaiban, hidayah dari Allah, anugrah yang tak terkira. Ku berharap semoga aku bisa istiqomah di sini. Amin!



Tidak ada komentar: