Senin, 29 September 2008

about Ikhlas

15 Januari 2008
What is the meaning of ikhlas?

Percuma rasanya aku ngaji kalau sampe sekarang ku tak tahu makna ketulusan cinta... keikhlasan ... dan menikmati cinta (baca: bersyukur)...
Padahal Abah selalu berpesan:
”Jangan pernah kau anggap sesuatu yang rutin itu rutinitas!”
”Jangan menganggap sholat itu beban! Jangan anggap sholat itu kewajiban! Karena sholat itu hak! Sholat itu kehormatan! Suatu kemuliaan!”

”Nek ibadah iku sing ikhlas!”

Ikhlas itu lillahita’ala

La haula wa la quwwata ila billah

Nastainu iyyaka, na’budu iyyaka

So?

Gimana bisa ikhlas kalo’ ikhlas itu ”Gur sak dermo nglakoni”. Krono Gusti Allah. Padahal kan memang tak ada daya dan kekuatan kecuali karena izin Allah!
Padahal kita bisa ikhlas ibadah pun sebenarnya karena pertolongan/izin Allah!

What is the meaning of ikhlas?
Nrimo รณ Pasrah?
<+> Brarti gak punya harga diri donk?
<-> Buat apa harga diri di hadapan Tuhan?
<+> Masalahnya kalo’ sama manusianya!
<-> Ingat! Manusia pun bisa begitu karena Allah

”Moggo kerso...” => Tapi kok kepekso!
”Lillahi ta’ala!” => Tapi kok tanpo doyo!
”Gur sak dermo nglampahi.” => Tapi kok koyo ngresula
Apa itu ikhlas?

Bagaimana kalau memandang ikhlas itu sebagai hak? Suatu kehormatan? Sesuatu yang patut diterima? Suatu kesempatan?


Ku bersyukur. Setidaknya, walau dulu ku belum mengerti... Namun, ku selalu mencoba tuk bahagia dengan tugas dan kewajibanku ... mencoba menganggapnya sebagai kesempatan yang menyenangkan. Tapi terkadang ngrundel juga ding!

Kalo kita mulai bicara soal ikhlas ...
temanku bilang ”Ikhlas itu terikat konsep ruang dan waktu” ... So, what gitu! Gimana bisa?
Kata pak Asnuri “Mana yang lebih baik? Sodaqoh 1000 tapi ikhlas apa sodaqoh 50rb tapi gak ikhlas?! Sodaqoh 1000 sing nrimo nggrundel, tapi sodaqoh 50rb sing nompo seneng! Padahal gawe seneng wong iku ibadah! Dadi sing ditompo sing 50rb”

Iya sich!
Kalo kita mikir “tanpa pamrih” gak mungkin! (mungkin, tapi susah) Tetep aja kita pengen pamrih! Rak ketang pingin pahala – surga – akhirat!
Iya, nek surga – neraka itu benar ada!
Jadi, kalo surga – neraka itu gak ada kita gak mau ibadah – ikhlas, gitu?

Aku gak mau munafik
Aku khidmah ma guru karena gue pengen dapat barokahe ilmu.
Aku makan barokahe ngaji karena gue pingin ngurangi rasa ketakaburan di hati ku. Yang rasanya gak tergoyahkan. Rasanya seperti nyuci gombal mukiyo mukidin! Susah banget!
Aku khidmah pada Guru karena ilmunya dan kasih sayangnya.



What’s the meaning of Ikhlas?

Ikhlas tidak bisa lepas dari Syukur. Sebab keikhlasan itu sendiri merupakan aktualisasi diri dari rasa syukur.
Dalam kitab Sho’abul Iman, syukur yang sempurna itu merupakan kumpulan dari 3 hal:
Tahu dan mengerti bahwa ni’mat itu dari Allah.
Bahagia atas ni’mat itu.
Mentasarufkan ni’mat tersebut kepada sesuatu yang diridhoi Allah.

Ikhlas itu salah satu bentuk dari syukur. Mensyukuri segala apa yang diberikan oleh Allah itu wajib! Padahal Allah tidak selalu memberi apa yang kita inginkan, tapi apa yang terbaik buat kita. Sehingga tak ada yang namanya ”musibah”, karena musibah itu sendiri merupakan salah saru bentuk ni’mat dari Allah. Sehingga Abah selalu berpesan ”Apa yang kau terima hari ini itulah yang terbaik untukmu saat ini dari Allah”.
Dalam hal ini, di dunia tak ada yang namanya ”kemarahan” Tuhan. Sebab semuanya ini adalah bentuk cinta Allah. Cinta tak selalu tersenyum. Ku marah karena cinta! Ku acuh karena cinta! Ku cuek karena percaya!
Katanya:
ikhlas itu tanpa pamrih? Tapi kok “ingin” dapat pahala?
Ikhlas itu gak perhitungan? Tapi kok masih di ingat-ingat?
Ikhlas itu segalanya kan diberikan? Tapi kok ada yang diumpetin?!
Ikhlas itu percaya? Tapi kok masih khawatir masa depan?

Mungkin karena itu, Prof. Damardjati mengajarkan kita tentang aqidah nol (”0”)
Jika ikhlas itu pasrah, tawakal itu harus ba’da ihtiar. Padahal dalam Islam beda istilah, beda arti, tak bisa disamakan.
Jika ikhlas itu segala sesuatu, segala daya dan upaya semua dikerahkan untuk jihad fi sbilillah (dalam semua aspek kehidupan). Berarti mujahadah itu wajib? Beraaat...

Tidak ada komentar: