Senin, 29 September 2008

14 Mei 2008
Thanks a lot My Friend

Dengan segenap hati aku membencimu
Karena sikapmu yang terkadang menyebalkan
Dengan segenap hati pula aku mencintamu
Beserta seluruh kekurangan dan kenakalanmu
Inginku melupakanmu
Karena ku tak mungkin memilikimu
Namun tak sanggup aku
Karena kau lah satu-satunya orang yang percaya padaku di saat tiada orang mempercayaiku
Kau pula yang ajarkanku hidup
Kau lah yang kenalkanku pada cinta
Juga nafsu ....
Ku tak tahu, mana jalan yang harus ku pilih
Ingin ku peluk dirimu yang rapuh
Ingin ku sandarkan kepalamu yang lelah
Ingin ku tampar wajahmu yang selalu tertawa,sok kuat!
Ingin ku kecup keningmu yang penat
Ingin ku temani langkah-langkahmu yang berat

Namun...
Ku hanya bisa terpaku diam dihadapanmu
Tak tersisa keberanian dalam hatiku
Ya, ku takut padamu ...
Ku takut mengganggumu
Ku takut bila keberadaanku justru kan membebanimu
Ku takut merepotkanmu
Ku takut menghalangi langkahmu
By: Odite

14 Mei 2008
Pantaskah Aku
Ya’ ...
Apa pantas Palupi mengakuiku?
Palupi kuat dan dia juga gak cengeng ...

Begug ...
Apa pantas ku jadi cucumu?
Ku tak se-pandai kakak-kakak ku ...

Ms. Nono ...
Po pantes aku ngaji karo Njenengan?
Ku begitu pemalas dan ceroboh ...

Mbah Dim ...
Po pantes ku dadi turunanmu?
Ku sering banget murtadz dan ma’siat ...

Abah ...
Tak ingin ku kotori taanganmu
Dengan segala ketakaburanku ...

Ibu Bumi ...
Aku bukan Michael yang gak butuh makan dan gak punya nafsu ...

Beib Hamid ...
Maaf, bila ku mengecewakanmu!

I luv U all

14 Juli 2008
Senin Siang

Kini ku sadar
Bahwa
Tanpa diriku pun kau bisa hidup bahagia
Ku bukan matahari bagimu
Ku hanya sebuah mainan bagimu
Diantara sekian banyak mainan milikmu
Ku tahu itu, namun entah mengapa ku menikmati hal itu
Tak peduli akan perasaanmu …
Diriku yang egois, slalu ingin bersamamu.
Diriku yang sadar tak mungkin memilikimu …
Diriku yang lemah dan ingin selalu bersandar padamu …
Diriku yang selalu merindukanmu
Adakah rasa rindumu untukku? Hahaha … bercanda!

Jika keberadaanku selama ini mengganggumu …
Jika keberadaanku selama ini hanya kan menghambat langkahmu …
Biar ku pergi dari sisimu …
Walau berat, kan ku jalani hidupku tanpamu disisiku …
Karena biasanya pun begitu … sebelum ku mengenalmu …
Kau yang tak pernah ada saat ku benar-benar butuh dukunganmu …

Jika selama ini aku hanya bisa menyusahkanmu, maafkan aku!
Ku tak janji, tapi kan ku coba
Ku takkan lagi perlihatkan kesusahanku didepanmu …
Kan ku rahasiakan kesedihanku darimu …
Kan ku buat dirimu tak pernah sadari rasaku …
Biar ku hapus sendiri air mataku …
Biar ku hibur sendiri diriku …
Biar ku pegang sendiri kepalaku …
Biar ku peluk sendiri bahuku …
Biar ku sandarkan tubuhku yang lemah ini pada tembok yang selalu diam …
Biar ku benamkan wajah sayuku pada bantal yang tak pernah protes …
Biar ku sembunyikan jeritku dalam tawa …
Biar ku obati sendiri sakit hatiku …

Ya, seperti yang kau bilang …
Ku anak yang kuat!
Aku pasti masih bisa bangun lagi tiap kali ku jatuh
Biar ku jatuh kecebur dan ketiban tangga, ku akan tetap bangun dan bangun lagi …

Maaf bila selama ini aku terlalu mengandalkanmu
Terlalu mengandalkanmu
Saat ini ku berpikir aku terlalu bergantung pada fasilitas dan prioritasmu
Itulah kesalahan terbesarku
Padahal Abah selalu bilang “Jangan sekali-kali kau bergantung pada fasilitas dan prioritas! Atau kau akan tergantung pada fasilitas dan prioritas.”
Padahal aku tahu bahwa tak mungkin selamanya aku bergantung pada kamu
Ku sadar akan takdir dan tanggung jawabmu …
Terima kasih telah mau menemani dan melindungi pengembaraanku yang singkat ini …
(di sadur dari ketikan Kamis, 7 Juni 2007)

Ingin ku ucapkan ”Terima kasih untuk cinta yang PERNAH kau ajarkan padaku! Telah kau selesaikan tugasmu dengan indah! Terima kasih untuk kerinduan yang kau tanamkan! Terima kasih tlah kau pertemukan aku dengan Papa dan ... maaf atas keterlambatanku untuk menyadari semua”

11 Desember 2007
Ketika ku terjaga dari mimpiku ...
Ku tersadar ...
Akan kesalahan yang telah ku perbuat
Ku tahu bahwa dia butuh aku
Padahal dulu ku yang selalu merepotkannya
Tapi sekarang aku selalu menghindar
Dan bahkan mencoba tuk melupakan nya

Hilanglah sudah kesempatan terakhirku.
Entah mengapa ku benar-benar merasa kehilangan.
Tak ada lagi tangan yang memegang kepalaku tuk memberi kesejukan.
Tak ada lagi dada lapang yang selalu dapat menampung segala kesedihan.
Tak ada lagi senyum jahil yang menghapus air mataku.
Tak ada lagi detak jantung yang menenangkanku.
Tak ada lagi pelukan yang menopangku disaat lemahku.
Gak ada lagi ati ka’bah buat gue...

Saat Ms. Nono dulu bertanya ”Bagaimana kamu bisa memiliki juka kamu tak pernah merasa kehilangan?”
Ku berpikir bahwa ”Tiap aku kehilangan, ku selalu yakin bahwa Tuhan dah nyiapin pengganti yang lebih baik buat aku”.
Kini, ku akan jawab dengan optimis ”Bagaimana ku bisa merasa kehilangan? Jika ku tak pernah merasa memiliki? Bagaimana ku bisa memiliki? Jika ku tahu bahwa semua ini hanyalah titipan?! Bagaimana ku tahu apa itu cinta? Jika ku tahu bahwa cinta itu kewajiban? Tugas yang harus dikerjakan!”

Namun, kini ku berpikir...
Bagaimana Tuhan mau mengganti dengan yang lebih baik juka yang ku sia-siakan itu adalah yang terbaik?

Benarkah? Bahwa aku yakin bila apa yang ku terima hari ini adalah yang terbaik untukku saat ini? Jika iya, mengapa pula aku membuangnya?

Betapa kejinya aku ya?
Setelah dia ku repotkan dengan berbagai hal, pekerjaan, dan tanggung jawab, lalu ku tinggalkan begitu saja tanpa rasa ”terima kasih”?

Bolehlah Sesepuh bilang ”Mungkin ini pelajaran buat Arya’! Dia kan dah biasa nolong orang tanpa pamrih, patah hati ama cewek...”
”Tapi mungkin akulah yang paling menyakitka baginya...Anggap saja ini pelajaran buat aku agar bisa menjaga apa yang ku miliki.”
Dulu Arya’ selalu ada buatku disaat aku butuh. Tapi kini aku tak bisa selalu ada disaat dia butuh. Pantaslah bila para Sesepuh mengingatkanku (marahin padaku). Karena aku dah terlalu jahat sama Suhu...dan gak bisa ”manut”.





4 September 2006

Apa yang ku nanti dalam hidupku?
Waktu yang berlalu takkan berhenti
Semakin lama semakin mengikisku
Ku tak mengerti
Biarpun jiwaku menanti
Merintih..menangis..terluka
Biarpun ku tahu semua ini sia-sia
Mengapa masih ku mencintanya?
Mengharapnya..merindunya

Dalam pengasinganku ini
Ku tak mengerti
Haruskah ku menanti waktuku hingga 10 tahun lagi?
Ataukan ku paksakan kembali?
Apa gerangan yang membuatku bimbang dalam mengambil keputusan?
Mengapa kakiku terasa berat tuk melangkah
Mengapa bibirku terasa kering tuk tersenyum
Suaraku tak pula keluar tuk sekedar merintih
Hatiku yang sakit
Jiwaku yang hancur
Akankah kembali?
Lalu, apa sebenarnya yang menahanku tuk hidup?
Apa yang telah membuatku tetap bertahan?
Harunya ku tlah mati setengah tahun yang lalu
Tapi, mengapa ku masih disini?
Percumakah ku pertahankan badan ini?

Tidak ada komentar: