Minggu, 04 Oktober 2009

To My Vary

To My Vary …

Ku hanyalah seorang pelacur jalang. Jadi abdimu pun ku tiada pantas. Maaf jika aku tlah menyakitimu. Terkadang aku ingin bertanya: Mengapa kau begitu membenciku sedari dulu? Tak mungkin hanya karena sebuah kata, kau terluka begitu dalam.

Terkadang ku ingin bilang …

Tahukah kamu, berapa banyak air mataku keluar karenamu?

Tahukah kamu, betapa aku menyayangimu? Tak peduli walau kau begitu membenciku. Ku menyayangimu bukan karena ku ingin memilikimu. Ku menyayangimu sebagai teman seperjuanganku…dan ku berharap ku bisa menemanimu hingga ujung usiaku.

Terkadang ku berpikir …

Tak apa lah aku menanggung dosa Haqqul adam padamu. Karena ku tahu, tanpa kau sadari ada seseorang yang begitu terluka olehmu. Bila kelak di akhirat nanti dia meminta keadilan padamu. Bila itu menjadikanmu menanggung dosa, biarlah semua amalku untukmu, walau ku tahu amalku ini tak seberapa dibanding amalmu yang semula. Karena ku hanyalah pelacur jalang.

Ku pun berpikir lagi …

Tapi, sabarkah aku? Bila saja ku miliki keberanian … ku ingin selesaikan semua di dunia.

Tuk bicara denganmu. Minta maaf padamu. Dan memohon agar kau juga mau meminta maaf pada hati-hati yang tlah kau lukai ...

Terkadang hatiku bertanya…

Benarkah kau miliki welas asih yang banyak seperti kata Guru? Jujur aku begitu menyangsikan hal itu … lalu mengapa orang yang memiliki welas asih besar bisa begitu tega hingga tak mau memberiku maaf?

Sebesar apapun salahku pada Aby, maupun Suhu, tak pernah mereka tak memaafkanku.

Tuhan, apakah kau akan marah padaku karena aku telah melukai hati kekasihmu?

Tuhan, hanya Engkaulah Dzat yang bisa membolak-balikkan hati. Dan aku tak kuasa atas apapun. Maukah Kau berkenan tuk membuat hatinya memaafkanku?

Tuhan, aku tahu. Betapa Kau mencintainya. Wajar bila Kau lebih membelanya dari padaku. Karena memang dia lebih dulu dan lebih banyak mencintaimu dari padaku.

DimataMu, ku hanyalah pelacur jalang yang tak punya malu. Anjing yang tak bosan memakan tai-nya sendiri.

Tuhan, engkau lah yang lebih mengerti aku dari siapapun. Engkaulah yang lebih tahu isi hatiku. Sakitku, tangisku, kesedihanku, Engkau lebih tahu.

Ku tahu, tak pantas ku yang hina ini berkeluh kesah padaMu. Tapi, kepada siapakah ku bersandar bila bikan padaMu? Karena ini menyangkut kekasihMu…

Aku tak mungkin ceritakan hal ini pada Aby, karena beliau terlalu banyak beban yang harus dipikirkan.

Aku juga tak mungkin lagi cerita pada Arya’ karena mungkin dia tlah bosan pada ceritaku yang selalu tentang dia.

Tuhan, yankinkan aku bahwa semua ini adalah yang terbaik untukku saat ini.

Kamis, 03 September 2009

Lowongan Kerja Part-Time

Mari Berbagi Income di Internet

Hanya dengan satu kali on-line setiap minggu (baca inbok dan klik iklan) Anda bisa dapatkan 50.000$ dalam 6 bulan.

Mari registrasi di link berikut ini:
http://www.libertyreserve.com/?ref=U4882884
setelah point di Link2Communion ditransfer ke Liberty Reserve,
baru bisa kita tukarkan dengan Rupiah di Gold-Mediator.
http://www.goldmediator.com/

Dengan meng-Add URL di bawah ini berarti Anda telah beramal 250$ pada kami

http://link2communion.com/pages/index.php?refid=izanajib
dan dapatkan bonus:
- 3500$ free Sign Up
- 400$ Open Mail (4 e-mail per minggu x 400$ =1.600$ )
- 100$ Klick Iklan (5 iklan per minggu x 100$ = 500$)

So, Pendapatan per minggu 2100$, dalam 5 bulan totalnya 50.400$)

- 250$ Tiap ada yang mau Anda ajak bergabung (200 orang x 250$ = 50.000$)

Senin, 13 April 2009

Waktu

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Ketika ku sadari, ternyata sudah bertahun-tahun berlalu ku tutup mataku dari dunia luar. Tahu-tahu rekeningku dah tutup. Tempat nongkrongku dulu juga dah tutup. Teman-temanku pada ngilang. File-file-ku ilang, Dan aku masih belum bisa memperbaiki kesalahan-kesalahanku Pada-Mu Tuhan.
Aku amat sangat bersyukur atas segala Rahmat yang Kau berikan padaku. Terima kasih telah menjagaku selama ini. Terima kasih telah Kau beri aku kesempatan tuk mengabdi padamu.

Senin, 16 Maret 2009

Kesedihanku

UWAAAA
Aku ingin nangis... Tapi, "Apapun yang terjadi hari ini, itulah yang terbaik untukku saat ini dari Allah." Jadi aku harus bersyukur karena Hardisk ku rusak berat. tak bisa di perbaiki sama sekali. dataku tak ada yang terselamatkan. Alhamdulillah. aku gak jadi jadi penulis dong...
Masa laluku hilang semua. Nunggu sampai kiamat baru aku bisa dapetin tulisanku lagi...
Terima kasih Buya telah berjuang untuk tetap sehat bersama kami.
Aku bersyukur sekali karena sekarang Buya sudah sehat lagi. Allah, Bibeh, Cici, teman-teman, terima kasih atas do'anya semua.

Rabu, 25 Februari 2009

Terima Kasih Untuk Guse

Pertama-tama ijinkan ku tuk meminta maaf atas semua kesalahanku di masa lalu. waktu yang berlalu tak dapat di ulang. Tapi, tak bolehkahku perbaiki kesalahan? Ku memang belum bisa tobat nasuha, tapi ijinkan ku menebus semua salahku dengan caraku.
Terima kasih banyak atas semua yang pernah Guse ajarkan padaku.
Terima kasih atas kesediaan Guse untuk tidak memaafkanku.
karena mungkin Guse berpikir:"Lebih baik aku tidak memaafkanmu tapi iku dadi baguse kowe, daripada aku ngapurani kowe tapi kowe terus mengulang kesalahan yang sama."
Karena, dulu aku terlahir tak punya amal maupun ilmu apapun, kini aku mendapat karunia tuk beramal. Dan kelak aku kan kembali tak beramal (tuk menebus dosa haqul adam), kurasa sama saja.
Dengan demikian aku bisa latihan ikhlas.
Terima kasih untuk tidak diperkenankan ikut majlis Guse, jadi aku bisa mencoba berlatih untuk "menerima apapun sebagai yang terbaik dari Allah".
Terima kasih telah membantuku menyingkirkan masa laluku dan membantuku tuk tidak bermaksiat lagi.
Terima kasih untuk semua fitnah dan kebenaran yang Guse perlihatkan padaku.

Senin, 29 September 2008

Ikhtisab

8 Maret 2008
Ihtisab Plagiat
Aku bukan apa atau siapa karena aku hanya seorang sampah yang harus di buang. Karena itu, wajar bila orang-orang hingga diriku sendiri membuangku. Why?
Tiap manusia punya sisi baik dan buruk. Hitam dan putih. Gelap dan Terang. Telah ku bunuh sisi baikku dan ku kuatkan sisi gelapku. Mungkin aku adalah jiwa terkejam yang pernah ada karena aku orang yang telah menyiksa dan membunuh diriku sendiri. Aku yang jahat (aku tak mau menuduh ini sebagai ulah setan) takut pada diriku sendiri hingga aku takut ngaji, takut amalan, takut ibadah. Aku merasa semakin aku tahu ilmu, aku semakin tak terkendali dan semakin berbahaya. Karena itu aku lebih baik dibuang. Ketakutanku pada diriku sendiri seperti ketakutan vampir pada cahaya matahari. Aku takut melebur dalam cahaya. Aku takut pada cahayaku sendiri. Aku takut pada ”Aku” dalam nuraniku. Aku takut pada ”Aku” yang tak pernah lepas dariku. Aku takut pada ”Aku” yang selalu menasehatiku, mana yang baik dan mana yang buruk, namun tak pernah ku hiraukan. Aku takut ”Aku” muncul dan merebut posisiku.
Namun, aku bersyukur juga karena diriku yang satu ini tak mau melukai dan menyakiti orang lain. Bahkan aku merasa nyaman menjadi diriku yang satu ini. Kedamaian yang ku rasa karena tak ada yang peduli siapa aku sebenarnya dan aku tak perlu melihat wajah orang-orang yang pura-pura bersikap manis di depanku. Yah, walau terkadang ku merasa kesal karena kebodohanku ini.
Hitam dan putih, itulah aku orang yang tak punya kepribadian. Walau artinya sama ’munafik’ tapi aku lebih suka dianggap ’ambivalent’. Orang yang punya kepribadian yang sangat bertolak belakang. Di sini mungkin orang mengangapku ’anak baik’ yang gak neko-neko. Tapi sebenarnya aku adalah seorang penjahat, bajingan, lonthe, genthone, sampah masyarakat.
Aku tahu bila tak sepantasnya aku berada disini. Karena ku hanya orang hina yang bodoh dan tak tahu diri. Apalah artinya aku, aku ibarat kotoran anjing! Tai kucing! Ku hanya pelacur yang tak punya harga diri. (Padahal budak-budak di Arab pun punya harga sendiri-sendiri.) Pelacur yang sebenarnya pun punya harga diri. Pelacur semalam rata-rata melacur lima kali. Tapi tukang ngrasani lebih buruk dari 40 kali melacur. Tukang fitnah yang lebih kejam dan sadis dari pada pembunuh berdarah dingin. Bahkan lebih kanibal dan tidak manusiawi. Masih lebih baik Sumanto yang hanya makan beberapa daging manusia.
Namun siapapun aku, walaupun aku belum bisa jadi santri, aku bersyukur. Bisa berada disini bagiku adalah suatu keajaiban, hidayah dari Allah, anugrah yang tak terkira. Ku berharap semoga aku bisa istiqomah di sini. Amin!



14 Mei 2008
Thanks a lot My Friend

Dengan segenap hati aku membencimu
Karena sikapmu yang terkadang menyebalkan
Dengan segenap hati pula aku mencintamu
Beserta seluruh kekurangan dan kenakalanmu
Inginku melupakanmu
Karena ku tak mungkin memilikimu
Namun tak sanggup aku
Karena kau lah satu-satunya orang yang percaya padaku di saat tiada orang mempercayaiku
Kau pula yang ajarkanku hidup
Kau lah yang kenalkanku pada cinta
Juga nafsu ....
Ku tak tahu, mana jalan yang harus ku pilih
Ingin ku peluk dirimu yang rapuh
Ingin ku sandarkan kepalamu yang lelah
Ingin ku tampar wajahmu yang selalu tertawa,sok kuat!
Ingin ku kecup keningmu yang penat
Ingin ku temani langkah-langkahmu yang berat

Namun...
Ku hanya bisa terpaku diam dihadapanmu
Tak tersisa keberanian dalam hatiku
Ya, ku takut padamu ...
Ku takut mengganggumu
Ku takut bila keberadaanku justru kan membebanimu
Ku takut merepotkanmu
Ku takut menghalangi langkahmu
By: Odite

14 Mei 2008
Pantaskah Aku
Ya’ ...
Apa pantas Palupi mengakuiku?
Palupi kuat dan dia juga gak cengeng ...

Begug ...
Apa pantas ku jadi cucumu?
Ku tak se-pandai kakak-kakak ku ...

Ms. Nono ...
Po pantes aku ngaji karo Njenengan?
Ku begitu pemalas dan ceroboh ...

Mbah Dim ...
Po pantes ku dadi turunanmu?
Ku sering banget murtadz dan ma’siat ...

Abah ...
Tak ingin ku kotori taanganmu
Dengan segala ketakaburanku ...

Ibu Bumi ...
Aku bukan Michael yang gak butuh makan dan gak punya nafsu ...

Beib Hamid ...
Maaf, bila ku mengecewakanmu!

I luv U all

14 Juli 2008
Senin Siang

Kini ku sadar
Bahwa
Tanpa diriku pun kau bisa hidup bahagia
Ku bukan matahari bagimu
Ku hanya sebuah mainan bagimu
Diantara sekian banyak mainan milikmu
Ku tahu itu, namun entah mengapa ku menikmati hal itu
Tak peduli akan perasaanmu …
Diriku yang egois, slalu ingin bersamamu.
Diriku yang sadar tak mungkin memilikimu …
Diriku yang lemah dan ingin selalu bersandar padamu …
Diriku yang selalu merindukanmu
Adakah rasa rindumu untukku? Hahaha … bercanda!

Jika keberadaanku selama ini mengganggumu …
Jika keberadaanku selama ini hanya kan menghambat langkahmu …
Biar ku pergi dari sisimu …
Walau berat, kan ku jalani hidupku tanpamu disisiku …
Karena biasanya pun begitu … sebelum ku mengenalmu …
Kau yang tak pernah ada saat ku benar-benar butuh dukunganmu …

Jika selama ini aku hanya bisa menyusahkanmu, maafkan aku!
Ku tak janji, tapi kan ku coba
Ku takkan lagi perlihatkan kesusahanku didepanmu …
Kan ku rahasiakan kesedihanku darimu …
Kan ku buat dirimu tak pernah sadari rasaku …
Biar ku hapus sendiri air mataku …
Biar ku hibur sendiri diriku …
Biar ku pegang sendiri kepalaku …
Biar ku peluk sendiri bahuku …
Biar ku sandarkan tubuhku yang lemah ini pada tembok yang selalu diam …
Biar ku benamkan wajah sayuku pada bantal yang tak pernah protes …
Biar ku sembunyikan jeritku dalam tawa …
Biar ku obati sendiri sakit hatiku …

Ya, seperti yang kau bilang …
Ku anak yang kuat!
Aku pasti masih bisa bangun lagi tiap kali ku jatuh
Biar ku jatuh kecebur dan ketiban tangga, ku akan tetap bangun dan bangun lagi …

Maaf bila selama ini aku terlalu mengandalkanmu
Terlalu mengandalkanmu
Saat ini ku berpikir aku terlalu bergantung pada fasilitas dan prioritasmu
Itulah kesalahan terbesarku
Padahal Abah selalu bilang “Jangan sekali-kali kau bergantung pada fasilitas dan prioritas! Atau kau akan tergantung pada fasilitas dan prioritas.”
Padahal aku tahu bahwa tak mungkin selamanya aku bergantung pada kamu
Ku sadar akan takdir dan tanggung jawabmu …
Terima kasih telah mau menemani dan melindungi pengembaraanku yang singkat ini …
(di sadur dari ketikan Kamis, 7 Juni 2007)

Ingin ku ucapkan ”Terima kasih untuk cinta yang PERNAH kau ajarkan padaku! Telah kau selesaikan tugasmu dengan indah! Terima kasih untuk kerinduan yang kau tanamkan! Terima kasih tlah kau pertemukan aku dengan Papa dan ... maaf atas keterlambatanku untuk menyadari semua”

11 Desember 2007
Ketika ku terjaga dari mimpiku ...
Ku tersadar ...
Akan kesalahan yang telah ku perbuat
Ku tahu bahwa dia butuh aku
Padahal dulu ku yang selalu merepotkannya
Tapi sekarang aku selalu menghindar
Dan bahkan mencoba tuk melupakan nya

Hilanglah sudah kesempatan terakhirku.
Entah mengapa ku benar-benar merasa kehilangan.
Tak ada lagi tangan yang memegang kepalaku tuk memberi kesejukan.
Tak ada lagi dada lapang yang selalu dapat menampung segala kesedihan.
Tak ada lagi senyum jahil yang menghapus air mataku.
Tak ada lagi detak jantung yang menenangkanku.
Tak ada lagi pelukan yang menopangku disaat lemahku.
Gak ada lagi ati ka’bah buat gue...

Saat Ms. Nono dulu bertanya ”Bagaimana kamu bisa memiliki juka kamu tak pernah merasa kehilangan?”
Ku berpikir bahwa ”Tiap aku kehilangan, ku selalu yakin bahwa Tuhan dah nyiapin pengganti yang lebih baik buat aku”.
Kini, ku akan jawab dengan optimis ”Bagaimana ku bisa merasa kehilangan? Jika ku tak pernah merasa memiliki? Bagaimana ku bisa memiliki? Jika ku tahu bahwa semua ini hanyalah titipan?! Bagaimana ku tahu apa itu cinta? Jika ku tahu bahwa cinta itu kewajiban? Tugas yang harus dikerjakan!”

Namun, kini ku berpikir...
Bagaimana Tuhan mau mengganti dengan yang lebih baik juka yang ku sia-siakan itu adalah yang terbaik?

Benarkah? Bahwa aku yakin bila apa yang ku terima hari ini adalah yang terbaik untukku saat ini? Jika iya, mengapa pula aku membuangnya?

Betapa kejinya aku ya?
Setelah dia ku repotkan dengan berbagai hal, pekerjaan, dan tanggung jawab, lalu ku tinggalkan begitu saja tanpa rasa ”terima kasih”?

Bolehlah Sesepuh bilang ”Mungkin ini pelajaran buat Arya’! Dia kan dah biasa nolong orang tanpa pamrih, patah hati ama cewek...”
”Tapi mungkin akulah yang paling menyakitka baginya...Anggap saja ini pelajaran buat aku agar bisa menjaga apa yang ku miliki.”
Dulu Arya’ selalu ada buatku disaat aku butuh. Tapi kini aku tak bisa selalu ada disaat dia butuh. Pantaslah bila para Sesepuh mengingatkanku (marahin padaku). Karena aku dah terlalu jahat sama Suhu...dan gak bisa ”manut”.





4 September 2006

Apa yang ku nanti dalam hidupku?
Waktu yang berlalu takkan berhenti
Semakin lama semakin mengikisku
Ku tak mengerti
Biarpun jiwaku menanti
Merintih..menangis..terluka
Biarpun ku tahu semua ini sia-sia
Mengapa masih ku mencintanya?
Mengharapnya..merindunya

Dalam pengasinganku ini
Ku tak mengerti
Haruskah ku menanti waktuku hingga 10 tahun lagi?
Ataukan ku paksakan kembali?
Apa gerangan yang membuatku bimbang dalam mengambil keputusan?
Mengapa kakiku terasa berat tuk melangkah
Mengapa bibirku terasa kering tuk tersenyum
Suaraku tak pula keluar tuk sekedar merintih
Hatiku yang sakit
Jiwaku yang hancur
Akankah kembali?
Lalu, apa sebenarnya yang menahanku tuk hidup?
Apa yang telah membuatku tetap bertahan?
Harunya ku tlah mati setengah tahun yang lalu
Tapi, mengapa ku masih disini?
Percumakah ku pertahankan badan ini?